Hay... Bertemu lagi dengan saya hehe. nah sekarang saya akan mengepost tentang cerita cinta di bumi perkemahan
Teng
– teng – teng,
Bunyi bel mengaung – ngaung pertanda pelajaran pramuka siap dimulai, pelajaran
yang dianggap membosankan untuk sebagian siswa, karena membuat jadwal pulang
mereka molor dari biasanya, sehingga terpaksa mereka harus terkurung di dalam
sekolah disaat yang lain sudah bersantai di rumah masing - masing, namun untuk
sebagian yang punya doi sebagai kakak DP pramuka, ini merupakan anugerah yang sangat
besar karena mereka mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan sang pujaan hati.
“Ehm... kira kira sapa ya kakak DP kita minggu ini?” tanya Mara
kepada teman temannya.
“Semoga nggak kakak yang nyebeliin, sok ganteng, dan sombong itu
lagi!” jawab Luna dengan agak sebal.
“hmm.. kamu kenapa sih sebel banget sama Kak Radit? Dia itu udah
baik, pintar, tampan pula!, nggak kayak yang kamu bilang tadi Lun” protes Mara,
sambil senyum senyum sendiri memikirkan wajah Kak Radit yang memang tampan.
“ Ahh.. apaan?? Penampilan kayak juragan ayam gitu dibilang tampan.
Idih amit-amit” jawab Luna dengan nada ketus.
Sebenenarnya Mara tak terima sang idola diremehkan oleh Luna
seperti itu, ia ingin membalasnya, namun niatnya itu seketika sirna saat sesosok
cowok jangkung, berkulit putih, berhidung mancung dan bermata almond tiba –
tiba masuk ke dalam kelasnya dengan penampilan sangat cool, semua anak
perempuan di kelas itu pun menjadi sangat histeris, ada yang cengar cengir
kayak kuda, ada yang salting sampai sampai mau ngompol di celana, tau sendiri
lah bagaimana perilaku kaum hawa kalau sudah bertemu sang pujaan hati, semua
pandangan mereka hanya tertuju pada satu titik. Kak Radit.
Memang
pada pertemuan kali ini penampilan Kak Radit sangat menawan, dengan memakai
baju kebesaran Kopaska berwarna merah, hasduk merah putih yang melingkar di
lehernya dengan sangat rapi, topi baret cokelat yang menutupi rambut landaknya
dan senyum ramah saat menyapa semua anak dikelas itu, membuat semua anak
perempuan yang melihatnya pun menjadi melting bukan main. Ooh sungguh tampannya
Kak Radit hari ini.
Namun sayang hal itu tidak
dirasakan oleh Luna, Luna yang sedari tadi sudah badmood pun tambah badmood
melihat kedatangan orang yang ia benci, dari tadi Luna hanya melihat Kak Radit
dengan tatapan sinis, penuh kebencian, tak senang, di pikirannya hanya terucap
“sok ganteng! Sombong! Senyum tak berkelas! Juragan ayam nyebelin. Sebel!
Sebel!Sebel! huffttt.”
“Hai, adik – adik, selamat siang.....” Sapa Kak Radit dengan penuh
semangat.
“SELAMAT
SIANG KAAKKKK......” teriak semua perempuan tak kalah semangatnya, mereka
berlomba berteriak sekeras kerasnya agar suaranya bisa didengar oleh Kak Radit.
Melihat antusias itu Kak Radit hanya bisa tersenyum sambil menutup telinganya
karena suara mereka memang cempreng sekali.:D
“Adik – adik kakak ingin memberi tahu
kalau 2 minggu lagi kita akan melaksanakan kemah” ujar Kak Radit ketika suasana
sudah mulai damai kembali.
“YEAYYYY....” semua pun bersorak sorai
dan suasana pun menjadi ricuh kembali.
“Dan saya sendiri yang akan memandu
kelas ini secara khusus dari sebelum kemah, saat kemah sampai sehabis kemah”
kata kata kak Radit barusan membuat semua anak perempuan tambah histeris bukan
main. Namun ditengah kericuhan itu, Luna hanya diam membisu, dihatinya penuh
rasa benci, ia benar – benar tak tahan, tak sanggup dan akhirnya ia langsung
menyelonong pergi keluar kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada Kak Radit. Kak
Radit yang memang sudah tahu bahwa Luna memang membencinya sejak pertama kali
bertemu hanya bisa geleng geleng kepala dan ia tak berniat untuk mengejarnya
karena ia takut itu malah membuat Luna tambah benci kepadanya.
dc
2
minggu kemudian, di bumi perkemahan,
Luna,
Mara dan kedua temannya kebagian tugas untuk mendirikan tenda, saat itu mereka
bingung ternyata patok yang mereka bawa habis dan masih banyak bagian tenda
yang belum mereka patok, saat mereka sibuk mencari pinjaman patok yang
berlebih, tiba – tiba Kak Radit datang dengan menyodorkan beberapa patok kepada
Luna, Luna yang kaget melihat kedatangan Kak Radit pun langsung pergi menjauh
sejauh jauhnya tanpa menghiraukan patok yang disodorkan kepadanya.
“Huftt sok jadi pahlawan banget sih” gumam Luna lirih sambil menatap sinis Kak Radit
yang kini sedang membantu ketiga temannya mendirikan tenda, menggantikan
posisinya.
Keesokan
harinya, diadakan penjelajahan disekitar bumi perkemahan, Regu Sakura, regu
Luna dan Mara pun mendapat kesempatan untuk berangkat pertama kali, disepanjang
jalan mereka ditemani kicauan burung yang bertengger diatas rerimbunan pohon
teh yang hijau, udara sejuk pegunungan ditambah suasana asri pemandangan pun
membuat mereka sangat menikmati penjelajahan kali ini. Tantangan disetiap pos
pun mereka lalui dengan sangat baik.
Sampai
akhirnya mereka sampai di pos 7, disana sudah ada Kak Radit yang siap untuk
memberi tantangan, Luna yang berada dibarisan paling depan pun seketika
langsung pindah ke barisan paling belakang sendiri, suasana hatinya yang
sebelumnya tenang, damai seperti disurga mendadak kacau, panas bagaikan
dineraka rasa benci kembali menyelimuti hatinya. Melihat perilaku Luna Kak Radit
pun hanya bisa tersenyum menyadari itu semua.
“Adik – adik di pos ini kakak akan
menyuruh kalian untuk turun kesana” ujar Kak Radit sambil menunjuk jurang yang
cukup curam didepan sana. Mendengar ucapan Kak Radit barusan mereka pun kaget
setengah mati, ketakutan menyelimuti wajah mereka. melihat perubahan wajah itu
Kak Radit pun mengerti, “Oh.. tenang jangan takut, saya akan pegangi tangan
kalian kok” ujar Kak Radit sambil tersenyum.
Mendengar
tawaran yang sangat menggiurkan itu, mereka pun langsung semangat untuk
menuruni jurang tersebut, rasa takut pun langsung sirna dari wajah mereka,
wajah mereka pun kini berubah berseri – seri, mereka pun kini malah berebutan
untuk turun duluan agar segera bisa memegang tangan Kak Radit. Namun berbeda
dengan Luna, Luna memilih mengalah dan hanya berdiri mematung merasakan
kebemcian didalam hatinya itu.
Satu
demi satu anggota regu pun telah menuruni jurang dengan selamat dan kini tiba
giliran Luna untuk turun menyusul anggota yang lain, saat Luna hendak menuruni
jurang tersebut tangan kak Radit pun sudah berada didepannya siap untuk
menolongnya menuruni jurang, namun Luna langsung menepis tangan Kak Radit
dengan sangat kasar, “Maaf saya tak butuh bantuan anda!” ujar Luna dengan
ketus. Kak Radit pun akhirnya menyingkir, selangkah Luna menuruni jurang pun
berhasil ia lalui dengan baik, Kak Radit pun hanya bisa mengawasi Luna dari
atas dengan hati was – was, saat langkah Luna yang kedua tiba – tiba .... kaki
kanannya tergelincir, teman – temannya yang berada dibawah pun berteriak
histeris, khawatir menyelimuti hati mereka, Luna pun kehilangan keseimbangannya,
dan........ “AWWWHHHHHH......” Luna pun hanya bisa memejamkan mata, ia pasrah,
namun tiba – tiba ada yang memegangi tangannya dengan sangat kuat penuh
kelembutan, Luna pun memberanikan diri membuka mata, ia melihat Kak Radit. Ya!
Kak Radit, ia tak percaya, apa benar ini Kak Radit? Kak Radit yang selama ini
ia benci kini memegang tanganku?, menyelamatkan nyawaku?, mengapa ia mau
menyelamatkanku? Padahal selama ini aku sudah membencinya, apa dia tak
membenciku? batin Luna. Luna pun melihat
Kak Radit, nafas Kak Radit terlihat tak karuan, saat Luna melihat tajam kedalam
mata almond Kak Radit, hatinya berdebar sangat kencang, ia menemukan
kekhawatiran dan ketakutan yang sangat mendalam dari diri Kak Radit. Kak Radit
pun akhirnya menarik tubuh Luna dengan kuat, dan kini Luna sudah berada diatas
dengan selamat, nyawanya pun tertolong.
Keesokan
harinya, semenjak kejadian kemarin, Luna belum sempat mengucapkan terimakasih
kepada Kak Radit, dan hari ini Luna akan memberanikan diri untuk menemui Kak Radit.
Saat Luna hendak mencari keberadaan Kak Radit, tiba – tiba bahu Luna ditepuk
seseorang, “Luna.” Luna pun refleks menoleh kebelakang. Kak Radit! Batin Luna,
hati Luna pun berdegup kencang, “ehm.. Kak Radit! terimakasih kemarin kakak
sudah menyelamatkan nyawaku” ujar Luna lembut senyuman manis pun tersungging di
bibir Luna, senyuman yang pertama kali dibuatnya untuk Kak Radit. Melihat
senyuman manis dari Luna, Hati Kak Radit pun jadi senang, tanpa ba-bi-bu Kak Radit
pun langsung berkata “Lun... aku suka padamu”. Luna pun kaget setengah mati
mendengar pengakuan dari Kak Radit yang sangat tiba – tiba itu. Luna hanya bisa
senyam senyum sendiri, warna merah merona pun menyelimuti pipi putihnya, “aku
juga suka padamu, Kak” jawab Luna dengan penuh kepastian, rerimbunan pohon yang
hijau, kicauan burung yang merdu, deretan tenda yang berdiri dengan kokoh
dengan patok tendanya pun menjadi saksi kisah cinta mereka.
“ohh.. mungkinkah rasa cinta ini akan abadi untuk selamanya.. rasa
ini semakin membelenggu cinta lokasi di bumi perkemahan... akankah cintaku
sebatas patok tenda tenda terbongkar sayonara cinta”
next cerpen
Menemukanmu (Asmara Tunas Kelapa)
Cerpen Karangan:
Fira Yuniar
Kategori:
Cerpen Cinta,
Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 28 September 2016
Riffi Anggita Restiana seorang gadis remaja dengan usia 15 tahun yang
lahir dari keluarga yang sederhana. Ia masih menempuah pendidikannya di
salah satu sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Saat ini ia duduk di
bangku kelas X SMA. Riffi seorang gadis yang ekspresif dan hobby menulis
“hello God” kata itulah yang kerap kali riffi tulis pada baris pertama
di buku hariannya ketika mengeksplore hal penting yang dialaminya.
Saat ini riffi sedang duduk menyendiri di kamarnya dengan sesekali
pandangannya beralih ke luar jendela. Dari situ sangat jelas terlihat
kerlap-kerlip cahaya bintang yang ada di langit. Sejenak mata riffi
tertuju pada satu cahaya yang semakin lama semakin jauh bahkan tak
terlihat lagi “seperti itulah harapanku ke kamu Dear, semakin lama
semakin jauh dan bahkan tak terlihat lagi, hemmm” gumamnya dalam hati
dengan pandangan yang menerawang jauh di angkasa.
Suasana malam itu memang begitu hening disertai hembusan angin malam
yang semakin membuatnya hanyut dalam bayang kisah asmara masa lalunya
bersama seorang pria sebayanya yang bernama Rian. Rian adalah cinta
pertamanya yang sampai saat ini membutakan hati riffi pada pria manapun.
Meski perasaan riffi tak digubris oleh rian, tapi itu tak membuatnya
menyerah dalam harapannya untuk memiliki hati Rian. Bahkan riffi mampu
bertahan selama 2 tahun bersama pedih perihnya harapan itu.
Istirahat sekolah Riffi tampak duduk dengan pandangan kosong di bawah
sebuah pohon yang rindang yang tepat berada di depan kelasnya. Deham
keras membuat lamunan riffi terpecah. Ia tidak sadar bahwa sedari tadi
sahabatnya yang bernama Raina memperhatikannya.
“kamu kenapa Rif?”
“nggak apa-apa kok Rain, cuma lagi mikir…”
“stop deh aku tebak yah pasti kamu lagi mikirin Rian” katanya dengan
nada yakin. “hemmpff sudahlah riff, lupain dia!! Jangan sia-siain masa
remaja lo hanya untuk mikirin Rian dan Rian lagi, kamu tuh bisa dapetin
yang lebih dari dia”
“iya sih, tapi…”
“Riff.. Liat aku deh, aku tuh capek ngeliat kamu murung. Cinta itu indah
riff, cinta itu bisa ngebahagiain kita, tapi kamu coba liat deh, apa
kamu bahagia dengan cintamu ke Rian?? Nggak kan? Please move in lah”
“ya Rain.. Aku sudah coba beberapa kali untuk buka hati aku untuk orang
lain tapi tetap saja tidak ada yang bisa ngebuat aku bener-bener bisa
ngelupain Rian. Ada sih orang yang sempat aku kagumin” desisnya setengah
berfikir. “tapi… Kayaknya juga bakalan sama dengan kisahku bersama
Rian”. Kali ini suaranya melemah dan nyaris tak terdengar lagi.
“kamu sih riff, terlalu cepet menyimpulkan sesuatu”
“Rain.. Tapi dia kayak narik ulur perasaan aku tau nggak. Dia tuh sempet
beberapa kali ngirim salam buat aku yang kesannya tuh dia care dan suka
sama aku, tapi di sisi lain dia juga tampak deket dengan cewek lain,
hufff” mendesah lemas.
“emang dia siapa riff?”
“Raffa” ucapnya datar.
“haaaaa.. Kak Raffa?” teriaknya refleks. “apa kamu yakin kalo dia itu suka sama lo?”
“entahlah Rain, lagian dia bilang suka sama aku beraninya cuma melalui
perantara doang. Tapi kamu tenang aja aku sudah bilang sama orang yang
jadi perantaranya itu kalau aku gak suka dengan caranya itu”
“bagus tuh” ucapnya lega.
Kringgg…
“udah bel itu, aku masuk duluan yah Rain, O..iya jangan lupa nanti kita ada eskul pramuka loh”
“ok sip”
lantunan ayat suci al-Qur’an sudah terdengat, artinya proses belajar
mengajar hari itu pun telah selesai. Tak lama kemudian prit.. prit..
priiiittt… Bunyi sempritan yang mengisyaratkan seluruh anggota pramuka
berkumpul pun seketika mengisi udara. Dengan cekatan Riffi berlari
menuju sumber bunyi tersebut.
Tak ada yang menduga sore itu tepatnya setelah eskul berakhir,
seseorang yang tak asing lagi yaitu sosok raffa tiba-tiba berdiri tepat
di hadapan riffi. Di mata raffa tampak menyimpan seribu kata yang sulit
untuk ia lontarkan. Menyadari kehadiran raffa di hadapannya, jantung
riffi berdetak tak beraturan.
“apa ini akibat dari perkataanku kepada si perantara itu” bisiknya dalam hati.
Raffa pun mulai berbicara dengan nada yang tidak jelas, sehingga riffi
hanya melongo keheranan disertaii tatapan penuh tanya. Namun ada satu
kalimat yang berhasil ia dengar dengan jelas.
“aku menyukaimu Riff, apa kamu mau jadi pacar aku?” ucap rafa dengan nada yang meyakinkan.
Selang lima detik kata itu lepas dari mulut raffa, seketika rona merah
tampak mendominasi di pipi riffi, dia tampak begitu kaget dengan apa
yang diucapkan raffa barusan. Bagaimana tidak, hal itu begitu tiba-tiba
baginya. Dengan debaran jantung yang tidak bisa diajak kompromi ia
mencoba rileks dan melontarkan beberapa kata.
“ini terlalu cepat bagiku, aku butuh waktu untuk memikirkannya” jawabnya dengan nada yang sedikit grogi.
Jawaban riffi tampaknya tidak menjadi masalah bagi raffa.
sejak kejadian itu, hubungan mereka semakan dekat, bahkan diluar
dugaan kehadiran raffa mampu menepis perasaan riffi kepada rian.
Bagaimana tidak, kehadiran sosok rafa bersama kemampuannya yang bisa
membuat riffi selalu tersenyum. Hal itu pula yang merupakan impian
terbesarnya.
Waktu berjalan lebih cepat dari perkiraan, 28 hari riffi
menggantungkan perasaan raffa dan akhirnya riffi benar-benar sadar kalau
ia telah menemukan seseoarang yang mampu membebaskannya dari derita
cinta masa lalunya.
Di tengah hamparan alam yang luas, terlihat beberapa tenda berdiri.
Beberapa orang tampak berjalan dengan atribut merah putih bergantung di
lehernya. Yahh… Mereka memang sedang berada di lokasi perkemahan yang
kan menjadi saksi bisu berseminya cinta mereka.
End..
Cerpen Karangan: Fira Yuniar
Facebook: FiraYuniar Aldah
Cerpen Menemukanmu (Asmara Tunas Kelapa) merupakan cerita pendek karangan
Fira Yuniar, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya