Senin, 11 September 2017

CERPEN KISAH CINTA DI BUMI PERKEMAHAN

Hay... Bertemu lagi dengan saya hehe. nah sekarang saya akan mengepost tentang cerita cinta di bumi perkemahan
Cinta Patok Tenda



Teng – teng – teng,
Bunyi bel mengaung – ngaung pertanda pelajaran pramuka siap dimulai, pelajaran yang dianggap membosankan untuk sebagian siswa, karena membuat jadwal pulang mereka molor dari biasanya, sehingga terpaksa mereka harus terkurung di dalam sekolah disaat yang lain sudah bersantai di rumah masing - masing, namun untuk sebagian yang punya doi sebagai kakak DP pramuka, ini merupakan anugerah yang sangat besar karena mereka mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan sang pujaan hati.
“Ehm... kira kira sapa ya kakak DP kita minggu ini?” tanya Mara kepada teman temannya.
“Semoga nggak kakak yang nyebeliin, sok ganteng, dan sombong itu lagi!” jawab Luna dengan agak sebal.
“hmm.. kamu kenapa sih sebel banget sama Kak Radit? Dia itu udah baik, pintar, tampan pula!, nggak kayak yang kamu bilang tadi Lun” protes Mara, sambil senyum senyum sendiri memikirkan wajah Kak Radit yang memang tampan.
“ Ahh.. apaan?? Penampilan kayak juragan ayam gitu dibilang tampan. Idih amit-amit” jawab Luna dengan nada ketus.
Sebenenarnya Mara tak terima sang idola diremehkan oleh Luna seperti itu, ia ingin membalasnya, namun niatnya itu seketika sirna saat sesosok cowok jangkung, berkulit putih, berhidung mancung dan bermata almond tiba – tiba masuk ke dalam kelasnya dengan penampilan sangat cool, semua anak perempuan di kelas itu pun menjadi sangat histeris, ada yang cengar cengir kayak kuda, ada yang salting sampai sampai mau ngompol di celana, tau sendiri lah bagaimana perilaku kaum hawa kalau sudah bertemu sang pujaan hati, semua pandangan mereka hanya tertuju pada satu titik. Kak Radit.
          Memang pada pertemuan kali ini penampilan Kak Radit sangat menawan, dengan memakai baju kebesaran Kopaska berwarna merah, hasduk merah putih yang melingkar di lehernya dengan sangat rapi, topi baret cokelat yang menutupi rambut landaknya dan senyum ramah saat menyapa semua anak dikelas itu, membuat semua anak perempuan yang melihatnya pun menjadi melting bukan main. Ooh sungguh tampannya Kak Radit hari ini.
 Namun sayang hal itu tidak dirasakan oleh Luna, Luna yang sedari tadi sudah badmood pun tambah badmood melihat kedatangan orang yang ia benci, dari tadi Luna hanya melihat Kak Radit dengan tatapan sinis, penuh kebencian, tak senang, di pikirannya hanya terucap “sok ganteng! Sombong! Senyum tak berkelas! Juragan ayam nyebelin. Sebel! Sebel!Sebel! huffttt.”
“Hai, adik – adik, selamat siang.....” Sapa Kak Radit dengan penuh semangat.
          “SELAMAT SIANG KAAKKKK......” teriak semua perempuan tak kalah semangatnya, mereka berlomba berteriak sekeras kerasnya agar suaranya bisa didengar oleh Kak Radit. Melihat antusias itu Kak Radit hanya bisa tersenyum sambil menutup telinganya karena suara mereka memang cempreng sekali.:D

          “Adik – adik kakak ingin memberi tahu kalau 2 minggu lagi kita akan melaksanakan kemah” ujar Kak Radit ketika suasana sudah mulai damai kembali.
          “YEAYYYY....” semua pun bersorak sorai dan suasana pun menjadi ricuh kembali.
          “Dan saya sendiri yang akan memandu kelas ini secara khusus dari sebelum kemah, saat kemah sampai sehabis kemah” kata kata kak Radit barusan membuat semua anak perempuan tambah histeris bukan main. Namun ditengah kericuhan itu, Luna hanya diam membisu, dihatinya penuh rasa benci, ia benar – benar tak tahan, tak sanggup dan akhirnya ia langsung menyelonong pergi keluar kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada Kak Radit. Kak Radit yang memang sudah tahu bahwa Luna memang membencinya sejak pertama kali bertemu hanya bisa geleng geleng kepala dan ia tak berniat untuk mengejarnya karena ia takut itu malah membuat Luna tambah benci kepadanya.
dc
2 minggu kemudian, di bumi perkemahan,
          Luna, Mara dan kedua temannya kebagian tugas untuk mendirikan tenda, saat itu mereka bingung ternyata patok yang mereka bawa habis dan masih banyak bagian tenda yang belum mereka patok, saat mereka sibuk mencari pinjaman patok yang berlebih, tiba – tiba Kak Radit datang dengan menyodorkan beberapa patok kepada Luna, Luna yang kaget melihat kedatangan Kak Radit pun langsung pergi menjauh sejauh jauhnya tanpa menghiraukan patok yang disodorkan kepadanya.
“Huftt sok jadi pahlawan banget sih” gumam Luna lirih sambil menatap sinis Kak Radit yang kini sedang membantu ketiga temannya mendirikan tenda, menggantikan posisinya.
          Keesokan harinya, diadakan penjelajahan disekitar bumi perkemahan, Regu Sakura, regu Luna dan Mara pun mendapat kesempatan untuk berangkat pertama kali, disepanjang jalan mereka ditemani kicauan burung yang bertengger diatas rerimbunan pohon teh yang hijau, udara sejuk pegunungan ditambah suasana asri pemandangan pun membuat mereka sangat menikmati penjelajahan kali ini. Tantangan disetiap pos pun mereka lalui dengan sangat baik.
          Sampai akhirnya mereka sampai di pos 7, disana sudah ada Kak Radit yang siap untuk memberi tantangan, Luna yang berada dibarisan paling depan pun seketika langsung pindah ke barisan paling belakang sendiri, suasana hatinya yang sebelumnya tenang, damai seperti disurga mendadak kacau, panas bagaikan dineraka rasa benci kembali menyelimuti hatinya. Melihat perilaku Luna Kak Radit pun hanya bisa tersenyum menyadari itu semua.
          “Adik – adik di pos ini kakak akan menyuruh kalian untuk turun kesana” ujar Kak Radit sambil menunjuk jurang yang cukup curam didepan sana. Mendengar ucapan Kak Radit barusan mereka pun kaget setengah mati, ketakutan menyelimuti wajah mereka. melihat perubahan wajah itu Kak Radit pun mengerti, “Oh.. tenang jangan takut, saya akan pegangi tangan kalian kok” ujar Kak Radit sambil tersenyum.
          Mendengar tawaran yang sangat menggiurkan itu, mereka pun langsung semangat untuk menuruni jurang tersebut, rasa takut pun langsung sirna dari wajah mereka, wajah mereka pun kini berubah berseri – seri, mereka pun kini malah berebutan untuk turun duluan agar segera bisa memegang tangan Kak Radit. Namun berbeda dengan Luna, Luna memilih mengalah dan hanya berdiri mematung merasakan kebemcian didalam hatinya itu.
          Satu demi satu anggota regu pun telah menuruni jurang dengan selamat dan kini tiba giliran Luna untuk turun menyusul anggota yang lain, saat Luna hendak menuruni jurang tersebut tangan kak Radit pun sudah berada didepannya siap untuk menolongnya menuruni jurang, namun Luna langsung menepis tangan Kak Radit dengan sangat kasar, “Maaf saya tak butuh bantuan anda!” ujar Luna dengan ketus. Kak Radit pun akhirnya menyingkir, selangkah Luna menuruni jurang pun berhasil ia lalui dengan baik, Kak Radit pun hanya bisa mengawasi Luna dari atas dengan hati was – was, saat langkah Luna yang kedua tiba – tiba .... kaki kanannya tergelincir, teman – temannya yang berada dibawah pun berteriak histeris, khawatir menyelimuti hati mereka, Luna pun kehilangan keseimbangannya, dan........ “AWWWHHHHHH......” Luna pun hanya bisa memejamkan mata, ia pasrah, namun tiba – tiba ada yang memegangi tangannya dengan sangat kuat penuh kelembutan, Luna pun memberanikan diri membuka mata, ia melihat Kak Radit. Ya! Kak Radit, ia tak percaya, apa benar ini Kak Radit? Kak Radit yang selama ini ia benci kini memegang tanganku?, menyelamatkan nyawaku?, mengapa ia mau menyelamatkanku? Padahal selama ini aku sudah membencinya, apa dia tak membenciku? batin Luna.  Luna pun melihat Kak Radit, nafas Kak Radit terlihat tak karuan, saat Luna melihat tajam kedalam mata almond Kak Radit, hatinya berdebar sangat kencang, ia menemukan kekhawatiran dan ketakutan yang sangat mendalam dari diri Kak Radit. Kak Radit pun akhirnya menarik tubuh Luna dengan kuat, dan kini Luna sudah berada diatas dengan selamat, nyawanya pun tertolong.
          Keesokan harinya, semenjak kejadian kemarin, Luna belum sempat mengucapkan terimakasih kepada Kak Radit, dan hari ini Luna akan memberanikan diri untuk menemui Kak Radit. Saat Luna hendak mencari keberadaan Kak Radit, tiba – tiba bahu Luna ditepuk seseorang, “Luna.” Luna pun refleks menoleh kebelakang. Kak Radit! Batin Luna, hati Luna pun berdegup kencang, “ehm.. Kak Radit! terimakasih kemarin kakak sudah menyelamatkan nyawaku” ujar Luna lembut senyuman manis pun tersungging di bibir Luna, senyuman yang pertama kali dibuatnya untuk Kak Radit. Melihat senyuman manis dari Luna, Hati Kak Radit pun jadi senang, tanpa ba-bi-bu Kak Radit pun langsung berkata “Lun... aku suka padamu”. Luna pun kaget setengah mati mendengar pengakuan dari Kak Radit yang sangat tiba – tiba itu. Luna hanya bisa senyam senyum sendiri, warna merah merona pun menyelimuti pipi putihnya, “aku juga suka padamu, Kak” jawab Luna dengan penuh kepastian, rerimbunan pohon yang hijau, kicauan burung yang merdu, deretan tenda yang berdiri dengan kokoh dengan patok tendanya pun menjadi saksi kisah cinta mereka.



“ohh.. mungkinkah rasa cinta ini akan abadi untuk selamanya.. rasa ini semakin membelenggu cinta lokasi di bumi perkemahan... akankah cintaku sebatas patok tenda tenda terbongkar sayonara cinta”




 
next cerpen

Menemukanmu (Asmara Tunas Kelapa)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 28 September 2016 Riffi Anggita Restiana seorang gadis remaja dengan usia 15 tahun yang lahir dari keluarga yang sederhana. Ia masih menempuah pendidikannya di salah satu sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Saat ini ia duduk di bangku kelas X SMA. Riffi seorang gadis yang ekspresif dan hobby menulis “hello God” kata itulah yang kerap kali riffi tulis pada baris pertama di buku hariannya ketika mengeksplore hal penting yang dialaminya.
Saat ini riffi sedang duduk menyendiri di kamarnya dengan sesekali pandangannya beralih ke luar jendela. Dari situ sangat jelas terlihat kerlap-kerlip cahaya bintang yang ada di langit. Sejenak mata riffi tertuju pada satu cahaya yang semakin lama semakin jauh bahkan tak terlihat lagi “seperti itulah harapanku ke kamu Dear, semakin lama semakin jauh dan bahkan tak terlihat lagi, hemmm” gumamnya dalam hati dengan pandangan yang menerawang jauh di angkasa.
Suasana malam itu memang begitu hening disertai hembusan angin malam yang semakin membuatnya hanyut dalam bayang kisah asmara masa lalunya bersama seorang pria sebayanya yang bernama Rian. Rian adalah cinta pertamanya yang sampai saat ini membutakan hati riffi pada pria manapun. Meski perasaan riffi tak digubris oleh rian, tapi itu tak membuatnya menyerah dalam harapannya untuk memiliki hati Rian. Bahkan riffi mampu bertahan selama 2 tahun bersama pedih perihnya harapan itu.
Istirahat sekolah Riffi tampak duduk dengan pandangan kosong di bawah sebuah pohon yang rindang yang tepat berada di depan kelasnya. Deham keras membuat lamunan riffi terpecah. Ia tidak sadar bahwa sedari tadi sahabatnya yang bernama Raina memperhatikannya.
“kamu kenapa Rif?”
“nggak apa-apa kok Rain, cuma lagi mikir…”
“stop deh aku tebak yah pasti kamu lagi mikirin Rian” katanya dengan nada yakin. “hemmpff sudahlah riff, lupain dia!! Jangan sia-siain masa remaja lo hanya untuk mikirin Rian dan Rian lagi, kamu tuh bisa dapetin yang lebih dari dia”
“iya sih, tapi…”
“Riff.. Liat aku deh, aku tuh capek ngeliat kamu murung. Cinta itu indah riff, cinta itu bisa ngebahagiain kita, tapi kamu coba liat deh, apa kamu bahagia dengan cintamu ke Rian?? Nggak kan? Please move in lah”
“ya Rain.. Aku sudah coba beberapa kali untuk buka hati aku untuk orang lain tapi tetap saja tidak ada yang bisa ngebuat aku bener-bener bisa ngelupain Rian. Ada sih orang yang sempat aku kagumin” desisnya setengah berfikir. “tapi… Kayaknya juga bakalan sama dengan kisahku bersama Rian”. Kali ini suaranya melemah dan nyaris tak terdengar lagi.
“kamu sih riff, terlalu cepet menyimpulkan sesuatu”
“Rain.. Tapi dia kayak narik ulur perasaan aku tau nggak. Dia tuh sempet beberapa kali ngirim salam buat aku yang kesannya tuh dia care dan suka sama aku, tapi di sisi lain dia juga tampak deket dengan cewek lain, hufff” mendesah lemas.
“emang dia siapa riff?”
“Raffa” ucapnya datar.
“haaaaa.. Kak Raffa?” teriaknya refleks. “apa kamu yakin kalo dia itu suka sama lo?”
“entahlah Rain, lagian dia bilang suka sama aku beraninya cuma melalui perantara doang. Tapi kamu tenang aja aku sudah bilang sama orang yang jadi perantaranya itu kalau aku gak suka dengan caranya itu”
“bagus tuh” ucapnya lega.
Kringgg…
“udah bel itu, aku masuk duluan yah Rain, O..iya jangan lupa nanti kita ada eskul pramuka loh”
“ok sip”
lantunan ayat suci al-Qur’an sudah terdengat, artinya proses belajar mengajar hari itu pun telah selesai. Tak lama kemudian prit.. prit.. priiiittt… Bunyi sempritan yang mengisyaratkan seluruh anggota pramuka berkumpul pun seketika mengisi udara. Dengan cekatan Riffi berlari menuju sumber bunyi tersebut.
Tak ada yang menduga sore itu tepatnya setelah eskul berakhir, seseorang yang tak asing lagi yaitu sosok raffa tiba-tiba berdiri tepat di hadapan riffi. Di mata raffa tampak menyimpan seribu kata yang sulit untuk ia lontarkan. Menyadari kehadiran raffa di hadapannya, jantung riffi berdetak tak beraturan.
“apa ini akibat dari perkataanku kepada si perantara itu” bisiknya dalam hati.
Raffa pun mulai berbicara dengan nada yang tidak jelas, sehingga riffi hanya melongo keheranan disertaii tatapan penuh tanya. Namun ada satu kalimat yang berhasil ia dengar dengan jelas.
“aku menyukaimu Riff, apa kamu mau jadi pacar aku?” ucap rafa dengan nada yang meyakinkan.
Selang lima detik kata itu lepas dari mulut raffa, seketika rona merah tampak mendominasi di pipi riffi, dia tampak begitu kaget dengan apa yang diucapkan raffa barusan. Bagaimana tidak, hal itu begitu tiba-tiba baginya. Dengan debaran jantung yang tidak bisa diajak kompromi ia mencoba rileks dan melontarkan beberapa kata.
“ini terlalu cepat bagiku, aku butuh waktu untuk memikirkannya” jawabnya dengan nada yang sedikit grogi.
Jawaban riffi tampaknya tidak menjadi masalah bagi raffa.
sejak kejadian itu, hubungan mereka semakan dekat, bahkan diluar dugaan kehadiran raffa mampu menepis perasaan riffi kepada rian. Bagaimana tidak, kehadiran sosok rafa bersama kemampuannya yang bisa membuat riffi selalu tersenyum. Hal itu pula yang merupakan impian terbesarnya.
Waktu berjalan lebih cepat dari perkiraan, 28 hari riffi menggantungkan perasaan raffa dan akhirnya riffi benar-benar sadar kalau ia telah menemukan seseoarang yang mampu membebaskannya dari derita cinta masa lalunya.
Di tengah hamparan alam yang luas, terlihat beberapa tenda berdiri. Beberapa orang tampak berjalan dengan atribut merah putih bergantung di lehernya. Yahh… Mereka memang sedang berada di lokasi perkemahan yang kan menjadi saksi bisu berseminya cinta mereka.
End..
Cerpen Karangan: Fira Yuniar
Facebook: FiraYuniar Aldah
Cerpen Menemukanmu (Asmara Tunas Kelapa) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUA TENTANGNYA

Serba Serbi Pramuka SEJARAH PRAMUKA SEJARAH KEPRAMUKAAN DUNIA Kalau kita mempelajari sejarah pendidikan kepramukaan kita tidak dapat ...